ZoyaPatel

Putus Jalan dan Internet Mati: Ujian OWAADA Orang Mee di Era Digital

Mumbai
Oleh:Wempi W Doo

Putusnya ruas Jalan Nabire–Enaro di KM 139 serta matinya jaringan internet di wilayah meepagoo yakni, Dogiyai ,deiyai, dan paniai, bukan sekadar berita teknis tentang infrastruktur yang lumpuh. Bagi masyarakat Mee, ini adalah ujian nyata tentang bagaimana bertahan hidup di tengah dunia yang semakin bergantung pada teknologi. Situasi ini dapat disebut sebagai test case keberhasilan OWAADA, sebuah nilai dasar yang diwariskan leluhur kita.

OWAADA: Fondasi Ketahanan Orang Mee

OWAADA bagi orang Mee bukan sekadar istilah, tetapi filosofi hidup: berdiri di atas kaki sendiri, memanfaatkan sumber daya alam sekitar, dan membangun solidaritas antarwarga. Dalam sejarah panjang orang/suku Mee, kemandirian ini terbukti saat mereka hidup dari kebun, hutan, dan komunitas yang saling menopang tanpa infrastruktur modern.

Kini, di tengah ketergantungan pada jalan raya untuk distribusi barang dan internet untuk komunikasi, ujian ini terasa berat. Putusnya jalan berarti suplai logistik terganggu, harga kebutuhan melonjak, dan roda ekonomi melambat. Sementara jaringan internet yang mati membuat komunikasi terputus, informasi tersendat, dan masyarakat merasa terisolasi.

Namun, di sinilah nilai OWAADA diuji: apakah suku /orang Mee masih bisa bertahan tanpa sepenuhnya bergantung pada sistem modern? Apakah solidaritas dan gotong royong masih menjadi kekuatan utama di tengah gempuran teknologi?

Era Digital dan Ketergantungan Baru

Era digital membawa banyak kemudahan. Informasi cepat diakses, komunikasi menjadi instan, bahkan transaksi ekonomi dapat dilakukan dari genggaman tangan. Namun, di balik semua kemudahan ini, kita juga semakin rapuh. Satu ruas jalan terputus atau jaringan internet mati bisa membuat masyarakat panik dan lumpuh.

Kondisi ini menunjukkan bahwa teknologi seharusnya menjadi alat, bukan penopang utama. Orang Mee yang dikenal tangguh oleh sejarah harus memanfaatkan teknologi secara bijak tanpa kehilangan nilai OWAADA. Jalan raya dan internet hanyalah fasilitas, sedangkan ketahanan sosial dan budaya adalah pondasi sejati.

Peluang untuk Bangkit dan Berbenah

Peristiwa ini juga menjadi peringatan bagi pemerintah dan masyarakat. Infrastruktur jalan dan jaringan komunikasi harus dibangun dengan standar yang lebih tangguh mengingat kondisi geografis Papua yang ekstrem. Namun, bagi masyarakat Mee, ini juga momentum untuk menghidupkan kembali semangat kemandirian dan solidaritas.

Di tengah keterbatasan, masyarakat bisa mengingatkan diri bahwa kita tidak boleh sepenuhnya bergantung pada dunia digital. Teknologi bisa membantu, tetapi ketahanan hidup ada pada manusia itu sendiri.

Putusnya jalan di KM 139 dan matinya internet adalah cermin rapuhnya ketergantungan kita pada teknologi. Namun, bagi orang Mee, ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa nilai-nilai OWAADA masih hidup. Di era digital sekalipun, filosofi kemandirian, kerja keras, dan solidaritas tetap menjadi fondasi ketahanan suku Mee di Meuwoodidee .

***
Ahmedabad