Gereja Katolik Stasi. Hati Kudus Ipokeugida di bangun dari Kayu Tradisional di Pelosok Papua Tengah
Bangunan gereja katolik, stasi, Hati Kudus Yesus, ini berada di kampung ipoukeugida Distrik Tigi Timur, kabupaten deiyai . Dari paroki (KKK ) Damabagata Dekenat tigi , Keuskupan Timika.
Di tengah belantara hijau yang membentang luas di pedalaman Papua tengah , berdirilah sebuah bangunan ibadah yang memancarkan aura keteduhan dan keteguhan iman. Gereja ini tidak seperti bangunan modern dengan tembok beton atau menara menjulang tinggi. Ia hadir dalam bentuk yang sangat sederhana—dibangun sepenuhnya dengan tangan-tangan umat dari bebera komunitas basis ( kombas) , dari bahan-bahan alam yang tersedia di sekitarnya. Inilah rumah Tuhan yang lahir dari peluh, semangat gotong royong, dan kecintaan akan iman.
Bangunannya terbuat dari kayu hutan, dan rotan (eduu) untuk ikat ganti paku yang disusun dengan pola tradisional. Setiap tiang, balok, dan jeruji kayu dipasang secara manual tanpa bantuan mesin, menunjukkan betapa kuatnya kearifan lokal dalam membangun struktur yang kokoh sekaligus indah. Dindingnya belum tertutup rapat, sehingga sinar matahari pagi bisa menembus masuk dan menerangi bagian dalam gereja, memberikan nuansa hangat dan alami. Di sisi kiri dan kanan bangunan terdapat dua menara kayu kecil, masing-masing dihiasi salib besar di puncaknya, menjadi simbol iman Kristen katolik yang hidup dan bertumbuh bahkan di tanah yang jauh dari keramaian.
Pintu utama gereja berada tepat di tengah bangunan, dilindungi oleh semacam kanopi dari anyaman rotan . Pintu itu terbuka menghadap dunia luar, seolah-olah mengundang siapa saja yang ingin bersujud, berdoa, atau sekadar merasakan damai.
Di atas pintu, seorang pria tampak berdiri di ketinggian, mungkin sedang melakukan perbaikan atau melengkapi struktur atap, sebagai bagian dari proses membangun rumah ibadah ini hingga benar-benar sempurna.
Atapnya dibuat dari ilalang dan kulit kayu dalam bahasa Mee ( Dauci kadoo) , disusun rapat hingga mampu menahan hujan dan panas. Bentuk atap melengkung lembut seperti pelukan alam, bersahabat dan ramah. Setiap detail bangunan ini menunjukkan kesatuan antara manusia dan lingkungan—sebuah keselarasan yang semakin langka ditemukan di tengah perkembangan dunia modern.
Meski terbuat dari bahan-bahan sederhana, gereja ini tidak kehilangan kemegahannya. Justru dalam kesederhanaan itulah ia menemukan kemuliaannya. Ini bukan sekadar tempat berdoa; ini adalah lambang keteguhan iman dan semangat umat di Papua dalam menjaga nilai-nilai spiritual mereka. Suara nyanyian dan doa yang bergema dari dalamnya menyatu dengan suara angin dan kicauan burung, menciptakan harmoni yang menyentuh hati siapa saja yang datang.
Gereja ini adalah bukti hidup bahwa keindahan tidak harus lahir dari kemewahan. Ia lahir dari ketulusan, dari kebersamaan, dan dari keyakinan yang tak tergoyahkan. Di tempat inilah harapan tumbuh, cinta kasih dirawat, dan iman terus menyala—sebuah cahaya di tengah rimba Papua yang tak pernah padam.
Oleh : Wempi W. Doo