"AKU MELUKIS KEHILANGAN ”
Mumbai
Ahmedabad
Oleh: Bly Belandina Yeimo
Aku bukan sekadar menggurat warna di atas kanvas. Aku menggurat luka. Luka yang terlalu lama membusuk dalam diam. Aku melukis Mama Hetina Murib bukan karena aku mengenalnya secara pribadi, tapi karena aku mengenal duka yang sama—sebagai perempuan Papua.
Di tanah kami yang subur, di antara ilalang dan jerami honai, kemanusiaan dibakar tanpa rasa bersalah. Mama Hetina bukan sekadar sosok ibu. Ia adalah simbol dari ribuan perempuan yang telah dijadikan tumbal atas nama kekuasaan, yang tubuhnya dijadikan medan perang, dan suaranya dibungkam oleh moncong senjata.
Aku memilih untuk menggambarnya dalam pose tertunduk, karena begitulah kami, perempuan Papua, hidup—dengan kepala penuh duka, tapi dengan hati yang tidak pernah padam.
Di balik honai itu ada seorang anak yang menyaksikan ibunya dihabisi. Kau tahu bagaimana trauma dilahirkan? Bukan hanya dari peluru, tapi dari tatapan anak yang tak bisa menolong ibunya sendiri.
Aku melukis ini bukan untuk dikenang dalam galeri, tapi untuk menggugah yang masih punya hati. Untuk menampar nurani yang tertidur dalam kenyamanan.
Aku melukis kehilangan.
Aku melukis kemarahan.
Dan aku melukis cinta kami yang tidak akan pernah padam untuk tanah ini.
Rest in Peace, Mama Hetina Murib.
Kami yang hidup akan terus bersuara.
***