Gereja Katolik Stasi. Hati Kudus Ipokeugida di bangun dari Kayu Tradisional di Pelosok Papua Tengah

Hidup adalah perjalanan panjang yang membawa kita melintasi banyak tempat, budaya, dan pengalaman baru. Kita bisa menggapai mimpi setinggi langit, menembus batas wilayah, bahkan meraih pengakuan dunia. Namun, di setiap langkah, ada satu hal yang tak boleh hilang: identitas diri.

Identitas bukan sekadar nama atau tempat lahir, tapi akar yang meneguhkan siapa kita. Ia adalah bahasa ibu yang mengalir di nadi kita, adat dan budaya yang membentuk cara pandang kita, nilai dan iman yang menjadi kompas hati kita. Tanpa identitas, kita hanyalah daun yang terombang-ambing angin, kehilangan arah.

Melangkah jauh bukan berarti meninggalkan jati diri. Sebaliknya, langkah kita akan lebih berarti jika membawa serta warisan leluhur, kebijaksanaan nenek moyang, dan rasa bangga akan asal-usul. Dunia mungkin mengubah penampilan kita, cara bicara kita, atau cara kita berpikir, tapi identitaslah yang menjaga kita tetap tegak, meski di tengah arus perubahan.

Jangan pernah malu menjadi siapa dirimu. Jangan ragu untuk mengenakan bahasa dan budaya asalmu, karena itulah warna yang membuatmu berbeda dan berharga. Semakin jauh kakimu melangkah, semakin kuat pula kau harus menggenggam akar yang meneguhkanmu.

***