SURAT TERBUKA RAKYAT PAPUA: “KAMI BUKAN TANAH JAJAHAN, KAMI BANGSA YANG INGIN MERDEKA DALAM KEADILAN”
Mumbai
Ahmedabad
SURAT TERBUKA RAKYAT PAPUA: “KAMI BUKAN TANAH JAJAHAN, KAMI BANGSA YANG INGIN MERDEKA DALAM KEADILAN”
Kepada:
Presiden Republik Indonesia,
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka,
dan seluruh rakyat Indonesia,
Salam hormat dari Tanah Papua,
Salam dari Bumi yang terus menangis darah.
Kami, rakyat Papua, menulis surat ini bukan karena kami takut, bukan pula karena kami tunduk. Kami menulis karena kami sudah terlalu lama diam, terlalu lama dianggap tidak ada, terlalu lama diperlakukan seperti anak tiri di rumah sendiri.
Hari ini, kami mendengar kabar bahwa Presiden Prabowo menugaskan Wakil Presiden Gibran untuk “menangani masalah Papua.” Sekali lagi, kami dijadikan proyek. Sekali lagi, kalian bicara tentang “percepatan pembangunan” dan “penanganan HAM.” Tapi izinkan kami bertanya: pembangunan untuk siapa? HAM untuk siapa?
Kami Lelah Dijadikan Alasan Pembangunan
Tanah kami dirampas atas nama investasi. Hutan kami ditebang untuk sawit dan tambang. Sungai kami diracuni limbah. Dan ketika kami protes, anak-anak kami ditembak, ibu-ibu kami dianiaya, dan kampung-kampung kami dibakar.
Apakah kalian lupa? Paniai berdarah. Nduga berdarah. Intan Jaya berdarah. Apakah Gibran akan datang membawa solusi, atau hanya membawa kamera untuk memotret penderitaan kami sebagai pencitraan?
Kalau Mau Datang, Datanglah Sebagai Manusia
Jika Wakil Presiden benar-benar ingin berkantor di Papua, datanglah tanpa pasukan. Duduklah bersama mama-mama di pasar, dengarkan suara anak-anak yang yatim karena konflik. Jangan hanya pakai koteka untuk foto di media sosial lalu kembali ke Jakarta dengan laporan penuh kebohongan.
Papua bukan tanah kosong yang bisa dibangun seenaknya. Papua punya pemilik. Kami adalah manusia, bukan angka dalam statistik kemiskinan.
Tuntutan Kami
Kami rakyat Papua menuntut:
1. Hentikan operasi militer di tanah Papua.
2. Tarik pasukan non-organik dan hentikan pendekatan kekerasan.
3. Berikan akses penuh kepada jurnalis dan lembaga HAM internasional untuk melihat kebenaran di Papua.
4. Lakukan dialog sejati dengan rakyat Papua, bukan hanya elit Jakarta.
5. Hormati hak masyarakat adat atas tanah dan sumber daya mereka.
Penutup
Presiden dan Wakil Presiden, ingatlah:
Papua bukan masalah. Papua adalah bangsa.
Papua bukan proyek. Papua adalah tanah yang dijanjikan Tuhan untuk kami, orang asli Papua.
Kalau kalian benar-benar peduli, buktikan dengan tindakan, bukan hanya kata-kata.
Kalau tidak, biarkan kami menentukan nasib kami sendiri.
Hormat kami,
Rakyat Papua
Dari Pegunungan, Pantai, dan Pulau-Pulau yang Berteriak Minta Keadilan
***