ZoyaPatel

"Dari Obano ke Kota: Kisah Cinta yang Menjatuhkan"

Mumbai
Awal dari Sebuah Mimpi

Namanya Metha Pigai, gadis sederhana dari Kampung Obano, Paniai Barat. Ia tumbuh dengan cahaya senja yang menyelimuti danau, suara mama di pinggiran danau, dan pelukan alam yang jujur. Sejak kecil, Metha dikenal sebagai anak pintar dan berani. Ia punya satu mimpi: melanjutkan sekolah di kota dan menjadi perempuan yang bisa membawa perubahan.

Ketika Selesai SMA lanjut kuliah di nabire, ia tak ragu. Dengan restu keluarga dan tangis sang mama, Metha berangkat ke kota Nabire. Dunia yang ia masuki begitu berbeda. Lampu-lampu jalan menyilaukan, kendaraan melaju cepat, dan manusia berbicara dengan nada tergesa. Namun di antara hiruk-pikuk itu, ia bertemu mikael, mahasiswa FISIP USWIM asal Dogiyai.

Cinta yang Mengaburkan Darah

Mikael punya segala yang tak pernah Metha miliki: cara bicara tenang, wajah kota yang menawan, dan perhatian yang membuat jantungnya melompat. Awalnya hanya diskusi soal tugas, lalu jadi ngobrol larut malam, lalu berubah jadi perasaan yang sulit dijelaskan. Metha jatuh. Bukan hanya pada cinta, tapi juga pada dunia baru yang ditawarkan mika : pesta, gaya hidup bebas, dan janji-janji manis.

Ia mulai lupa pada kuliahnya, menjauh dari teman-teman gereja, bahkan mengabaikan pesan-pesan dari mama di kampung. Obano terasa begitu jauh, seolah hanya kenangan masa kecil yang memudar.

Jatuh dan Luka

Cinta yang dibangun Metha mulai retak ketika ia tahu mika sudah bertunangan dengan gadis lain pilihan orang tuanya. “Maaf, Metha. Kau cuma pelarian saat aku ingin merasa bebas,” begitu kata mika saat ia menangis di trotoar jalan.

Metha hancur. Ia merasa bodoh, merasa kotor, merasa tak pantas lagi pulang. Uang yang orang kasih  habis untuk gaya hidup yang tak sesuai akar budaya dan nilai yang ia bawa dari kampung.

Pulang dalam Sunyi
Ia kembali ke Obano, bukan sebagai pemenang, tapi sebagai perempuan yang patah. Warga kampung berbisik, sebagian menyalahkan, namun mamanya tetap membuka tangan dan memeluknya erat.

Hari-hari Metha kini ia isi dengan berkebun, membantu anak-anak kecil belajar membaca, dan perlahan menata luka di hatinya. Ia sadar, kota bukan tempat yang salah — tapi terlalu cepat ia percaya pada cinta yang tak punya niat.

Gadis yang Belajar dari Luka

Kini Metha dikenal sebagai perempuan tangguh di Obano. Ia mulai menulis cerita, bercerita di sekolah-sekolah, dan menjadi suara untuk perempuan muda agar tak kehilangan arah di tengah gemerlap kota. Ia pernah jatuh karena cinta — tapi ia juga bangkit karena cinta sejati dari tanah dan ibu yang melahirkannya.

“Kota telah membuatku jatuh, tapi kampung telah mengajariku untuk berdiri lagi.”
– Metha Pigai, perempuan Obano.

Oleh. W. Abatabii kaibou Doo

Cerita fiksi:
Ahmedabad