ZoyaPatel

RELIGI PEMBEBASAN BANGSA PAPUA BAGI KAUM TERTINDAS

Mumbai

 

Tanah Papua adalah tanah yang diberkati, kaya akan sumber daya, budaya, dan spiritualitas yang mendalam. Namun, di balik kekayaan itu, rakyat Papua telah mengalami penderitaan panjang—penindasan, marginalisasi, kekerasan, dan perampasan hak atas tanah dan kehidupan. Dalam situasi ini, agama tidak bisa tinggal diam. Religi bukan hanya soal ritual, melainkan kekuatan pembebas bagi mereka yang tertindas.

1. Tuhan Berpihak pada yang Tertindas

Religi Pembebasan Papua berangkat dari keyakinan bahwa Tuhan berdiri di sisi orang miskin, lemah, dan tertindas. Sebagaimana dalam kisah Musa dan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, demikian pula Tuhan mendengar jeritan orang Papua dan memanggil mereka untuk bangkit dari penindasan.

“Aku telah melihat sengsara umat-Ku... Aku telah mendengar seruan mereka...” (Keluaran 3:7)

2. Iman yang Hidup dan Membebaskan

Iman bukan sekadar percaya secara pasif, melainkan harus menjadi kekuatan aktif yang menggerakkan umat untuk melawan ketidakadilan. Doa dan aksi berjalan bersama. Religi Pembebasan Papua menolak iman yang membius dan memilih iman yang menginspirasi perlawanan damai, cinta kasih, dan solidaritas lintas suku dan agama.

3. Tanah adalah Kehidupan yang Kudus

Bagi rakyat Papua, tanah bukan hanya sumber ekonomi, tapi identitas, sejarah, dan sakralitas. Perampasan tanah berarti penghancuran spiritualitas. Religi Pembebasan menegaskan bahwa mempertahankan tanah adalah bagian dari panggilan iman.

“Tanah adalah tubuh kami. Bila tanah dirampas, hidup kami pun dirampas.”

4. Injil Kontekstual: Papua sebagai Tanah Perjanjian

Religi Pembebasan Papua menggali kembali pesan-pesan Injil dalam konteks lokal. Yesus lahir di tengah rakyat kecil dan memilih jalan salib sebagai bentuk solidaritas dengan yang menderita. Injil bagi Papua bukan alat kolonialisasi, melainkan kabar baik bagi rakyat yang terusir dan direndahkan.

5. Tugas Gereja dan Komunitas Iman

Gereja dan semua komunitas keagamaan dipanggil untuk menjadi suara profetik: membela yang tertindas, melindungi yang lemah, dan menentang kekuasaan yang menindas. Gereja bukan hanya tempat ibadah, melainkan pusat perjuangan moral dan pembentukan kesadaran rakyat.

6. Harapan akan Kebangkitan

Religi Pembebasan Papua tidak pesimis. Dalam terang iman, penderitaan tidak pernah kata akhir. Harapan akan keadilan, perdamaian, dan kebebasan adalah janji yang terus diperjuangkan. Seperti salib yang diikuti oleh kebangkitan, demikian pula perjuangan rakyat Papua akan mencapai fajar pembebasan.

Penutup: Seruan Iman dan Tindakan

Religi Pembebasan Papua mengundang setiap umat beriman—baik di Papua maupun di luar—untuk berdiri bersama rakyat Papua. Bukan dengan kekerasan, melainkan dengan kekuatan cinta, kebenaran, dan iman yang membebaskan.

“Kebenaran akan membebaskan kamu.” (Yohanes 8:32)

“Bila Tuhan menyertai perjuangan kita, siapa yang dapat melawan kita?”

***

Oleh: Wempi Takapabii Doo

Ahmedabad