Religi Pembebasan Bangsa Papua bagi Kaum Tertindas
Mumbai
Ahmedabad
Oleh: [W.Takapabii Doo]
“Religi bukan untuk membius rakyat, tetapi membangkitkan mereka dari penindasan.”
Dalam poster yang penuh makna dan semangat, terlihat seorang laki-laki Papua berdiri tegap memegang salib besar dan mengepalkan tangan, mengenakan kain bermotif bintang kejora, simbol identitas dan perjuangan bangsa Papua. Gambar ini tidak hanya artistik, tetapi merupakan sebuah pesan politik dan spiritual yang kuat: Religi adalah bagian dari pembebasan, bukan pelarian.
Agama dan Perjuangan Rakyat Papua
Selama ini, agama kerap dijadikan alat kekuasaan untuk membungkam kritik dan menenangkan penderitaan. Namun di Papua, agama justru hidup dalam denyut rakyat yang menderita. Firman Tuhan dalam Alkitab maupun pesan leluhur dalam adat Papua, sama-sama mengajarkan satu nilai penting: Keadilan dan pembebasan.
Tuhan dalam Kitab Suci berkata, “Aku telah melihat kesengsaraan umat-Ku dan Aku turun untuk melepaskan mereka.” (Keluaran 3:7-8). Ini adalah dasar dari teologi pembebasan—bahwa Allah berpihak kepada yang menderita.
Kaum Tertindas: Realita di Tanah Papua
Papua telah lama berada dalam bayang-bayang kekuasaan yang menindas: pelanggaran HAM, kekerasan militer, marginalisasi, dan eksploitasi sumber daya alam. Di balik kekayaan emas dan hutan, tersembunyi penderitaan rakyat yang sering kali diabaikan negara dan dunia.
Religi pembebasan hadir untuk:
Membangkitkan kesadaran kritis rakyat;
Mengangkat nilai-nilai iman yang membela keadilan;
Menghidupkan kembali kekuatan spiritual leluhur dan firman Tuhan dalam perjuangan kolektif.
Simbol-Simbol dalam Poster: Antara Salib dan Bintang Kejora
Salib dalam poster melambangkan iman Kristen rakyat Papua, yang tidak lepas dari sejarah kolonialisme, tapi juga menjadi sumber kekuatan spiritual. Salib adalah lambang penderitaan, tetapi juga kebangkitan dan harapan.
Kain bintang kejora yang dikenakan sang tokoh adalah identitas nasional Papua, yang sering kali dibungkam atau dilarang. Dalam poster ini, iman dan identitas bersatu dalam satu tubuh: bangkit, melawan, dan percaya akan pembebasan.
---
Dari Poster ke Aksi Nyata: Membangun Teologi Papua
Poster ini harus menjadi panggilan untuk semua:
Pemimpin gereja, agar tidak diam dalam ketidakadilan.
Kaum muda, agar berani bersuara dan memaknai iman secara kritis.
Komunitas internasional, agar membuka mata terhadap luka kolonialisme modern yang masih terjadi di Papua.
Religi pembebasan Papua adalah suara profetik. Ia menggabungkan injil keadilan, adat sebagai kebijaksanaan hidup, dan semangat perlawanan sebagai bagian dari iman yang hidup.
Penutup
Religi Pembebasan Bangsa Papua bagi Kaum Tertindas adalah panggilan moral dan spiritual untuk melihat iman bukan sebagai obat tidur, tetapi sebagai obor perjuangan. Seperti Musa di tanah Mesir, seperti Yesus di Palestina, seperti para tetua adat di lembah-lembah Papua, kita semua dipanggil untuk membela yang lemah, membebaskan yang tertindas, dan memuliakan Tuhan melalui keadilan.
***